Jumat, 28 Oktober 2011
kamut ;)
seorang wanita yang tak pernah menyerah dan terus berusaha sehingga dia menemukan apa yang dia inginkan selama ini , jangan pernah kau menyerah jika kau belum berjuang sekuat tenaga muw , jika kali ini kamu belum berhasil jangan pernah berkecil hati karena TUHAN maha melihat , maha adil dan maha pendengar bagi mereka yang meminta kepadaNYA , hidup ini penuh perjuangan untuk dapatkan sesuatu raihlah keinginan mu setinggi-tinggi mungkin :)
Kamis, 27 Oktober 2011
menambah semangat belajar
Tips meningkatkan semangat belajar
sedikit sharing untuk meningkatkan semangat belajar yang selalu membuat kita
gagal mencapai cita-cita siswa atau anak kita.
Belajar menyenangi setiap mata pelajaran. Ini penting bagaimana kita akan semangat belajar menyenangi pelajaran nya juga belum pernah.
Berkawan dengan orang yang suka belajar. Kita harus pandai pilih kawan sebab kawan tu pengaruh yang sangat penting. Janganlah pergi berkawan dengan orang yang suka melepak, malas sekolah dan tidak disiplin..
Buatlah tulisan yang cantik. Ini mempengaruhi penglihatan kitssekaligus mempengaruhi semangat. Bayangkan, tulisan macam cacing yang dah putus badan, semangat kita akan tambah ruwet kalau melihat tulisan yang seperti itu
Warnai kata-kata penting dalam tulisan. Maksudnya, highlight kan isi penting dengan highlight yang warna-warni. Ada teori mengatakan, warna dapat mempengaruhi otak,
Buat peta konsep secara kreatif. Maksudnya curat-coret ini bagian mana atau ini bagian itu. Contohnya, lukis lah gambar pasangan kata-kata.
Bergabunglah dengan kelompok belajar. Dengan belajar bersama nanti takda lah bosan dan mengantuk. Plus, kita juga bisa Tanya jawab. Cara ni jauh lebih berkesan daripada belajar sendir .
Belajar menyenangi setiap mata pelajaran. Ini penting bagaimana kita akan semangat belajar menyenangi pelajaran nya juga belum pernah.
Berkawan dengan orang yang suka belajar. Kita harus pandai pilih kawan sebab kawan tu pengaruh yang sangat penting. Janganlah pergi berkawan dengan orang yang suka melepak, malas sekolah dan tidak disiplin..
Buatlah tulisan yang cantik. Ini mempengaruhi penglihatan kitssekaligus mempengaruhi semangat. Bayangkan, tulisan macam cacing yang dah putus badan, semangat kita akan tambah ruwet kalau melihat tulisan yang seperti itu
Warnai kata-kata penting dalam tulisan. Maksudnya, highlight kan isi penting dengan highlight yang warna-warni. Ada teori mengatakan, warna dapat mempengaruhi otak,
Buat peta konsep secara kreatif. Maksudnya curat-coret ini bagian mana atau ini bagian itu. Contohnya, lukis lah gambar pasangan kata-kata.
Bergabunglah dengan kelompok belajar. Dengan belajar bersama nanti takda lah bosan dan mengantuk. Plus, kita juga bisa Tanya jawab. Cara ni jauh lebih berkesan daripada belajar sendir .
Memupuk rasa percaya diri :)
. Memupuk Rasa Percaya Diri
Oleh
Jacinta F. Rini Team e-psikologi
Jakarta, 16 Oktober 2002
Pernahkah anda
mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari "tidak
pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir
setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang
kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia
lanjut. Ruang konseling di website inipun banyak diwarnai dengan
pertanyaan seputar kasus-kasus yang berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
tersebut. Sudah tentu, hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat
mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan atau pun situasi baru.
Individu sering berkata pada diri sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti
ini....kenapa sekarang jadi begini ?” ada juga yang berkata: "kok
saya tidak seperti dia,...yang selalu percaya diri...rasanya selalu saja ada
yang kurang dari diri saya...saya malu menjadi diri saya!”
Menyikapi kondisi
seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita: mengapa
rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah
kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan
individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan
interpersonal. Jika memang rasa kurnag percaya diri dapat diperbaiki,
langkah-langkah apakah yang harus dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang
akan saya jawab dalam artikel ini.
Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan
berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu
seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya
merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia
merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik
terhadap diri sendiri.
Karakteristik
Karakteristik atau ciri-ciri Individu
yang percaya diri
Beberapa ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional,
diantaranya adalah :
- Percaya akan
kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan,
penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain
- Tidak terdorong
untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau
kelompok
- Berani
menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri
- Punya
pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)
- Memiliki internal
locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung
dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan
serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)
- Mempunyai
cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, ornag lain dan situasi di
luar dirinya
- Memiliki
harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu
tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi
yang terjadi.
Karakteristik atau ciri-ciri Individu
yang kurang percaya diri
Beberapa ciri atau
karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah:
- Berusaha
menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan
penerimaan kelompok
- Menyimpan
rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan
- Sulit
menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan dir) dan memandang
rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang
tidak realistik terhadap diri sendiri
- Pesimis,
mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif
- Takut gagal,
sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk
berhasil
- Cenderung
menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri
sendiri)
- Selalu
menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai
dirinya tidak mampu
- Mempunyai external
locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangattergantung pada
keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain)
Perkembangan Rasa Percaya Diri
Pola Asuh
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara
instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam
kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan
faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.Sikap orangtua,
akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. orangtua yang
menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta
kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara
diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai
di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua
anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan
dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena
eksisitensinya. Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu
yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik
terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap
dirinya.
Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak,
atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak
pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau pun
seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak
dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan.
Tindakan overprotective orangtua, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada
anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri –
segala sesuatu disediakan dan dibantu orangtua. Anak akan merasa, bahwa dirinya
buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah
menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa rendah diri di mata
saudara kandungnya yang lain atau di hadapan teman-temannya.
Menurut para psikolog, orangtua dan masyarakat seringkali meletakkan
standar dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak atau pun
individu. Sikap suka membanding-bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan
anak, atau pun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak sendiri, tanpa
sadar menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut. Selain itu, tanpa sadar
masyarakat sering menciptakan trend yang dijadikan standar patokan sebuah
prestasi atau pun penerimaan sosial. Contoh kasus yang riil pernah terjadi di
tanah air, ketika seorang anak bunuh diri gara-gara dirinya tidak diterima
masuk di jurusan A1 (IPA), meski dia sudah bersekolah di tempat yang elit;
rupanya sang orangtua mengharap anaknya diterima di A1 atau paling tidak A2,
agar kelak bisa menjadi dokter. Atau, orangtua yang memaksakan anaknya ikut les
ini dan itu, hanya karena anak-anak lainnya pun demikian.
Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak
bisa menerima kenyataan dirinya, karena di masa lalu (bahkan hingga kini),
setiap orang mengharapkan dirinya menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri.
Dengan kata lain, memenuhi harapan sosial. Akhirnya, anak tumbuh menjadi
individu yang punya pola pikir : bahwa untuk bisa diterima, dihargai, dicintai,
dan diakui, harus menyenangkan orang lain dan mengikuti keinginan mereka. Pada
saat individu tersebut ditantang untuk menjadi diri sendiri – mereka tidak
punya keberanian untuk melakukannya. Rasa percaya dirinya begitu lemah,
sementara ketakutannya terlalu besar.
Pola Pikir Negatif
Dalam hidup
bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu
orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah
peristiwa, amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya
diri yang lemah, cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia
tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua negativisme itu
berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara
lain:
- Menekankan
keharusan-keharusan pada diri sendiri (“saya harus bisa begini...saya
harus bisa begitu”). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup
dan masa depannya hancur.
- Cara berpikir
totalitas dan dualisme : “kalau saya sampai gagal, berarti saya memang
jelek”
- Pesimistik
yang futuristik : satu saja kegagalan kecil, individu tersebut sudah
merasa tidak akan berhasil meraih cita-citanya di masa depan. Misalnya,
mendapat nilai C pada salah satu mata kuliah, langsung berpikir dirinya
tidak akan lulus sarjana.
- Tidak kritis
dan selektif terhadap self-criticism : suka mengkritik diri sendiri dan
percaya bahwa dirinya memang pantas dikritik.
- Labeling :
mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif,
seperti “saya memang bodoh”...”saya ditakdirkan untuk jadi orang susah”,
dsb....
- Sulit
menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang
memuji secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak
mentah-mentah pujiannya. Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk
menerima tugas atau peran yang penting, individu tersebut langsung menolak
dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya.
- Suka
mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan
membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan
yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa
menjadi orang tidak berguna.
Memupuk
Rasa Percaya Diri
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal
ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi
rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin
layak menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan
diri.
1.
Evaluasi diri
secara obyektif
Belajar menilai diri secara obyektif
dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, seperti prestasi yang pernah
diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan
maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana
yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua asset-asset berharga Anda dan
temukan asset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini
menghalangi perkembangan diri Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat
dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan
kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal
lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses,
Obstacles and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan
menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.
2.
Beri penghargaan
yang jujur terhadap diri
Sadari dan hargailah sekecil apapun
keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat
melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga
kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti
mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan
yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong
munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat
kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika
ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang
kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri
– hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.
3.
Positive thinking
Cobalah memerangi
setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda.
Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s
okay if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut
karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun.
Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan
biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar
masa depan Anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh
pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk
kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang
lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.
4.
Gunakan
self-affirmation
Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation
yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:
- Saya pasti
bisa !!
- Saya adalah
penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan
hidup saya !
- Saya bisa
belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang
sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan
- Sayalah yang
memegang kendali hidup ini
- Saya bangga
pada diri sendiri
5.
Berani mengambil
resiko
Berdasarkan
pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan
yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko,
melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau
pun mengatasi resikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkan orang lain
untuk menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri
(bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan
tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa
daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: No Risk, No Gain.
6.
Belajar mensyukuri
dan menikmati rahmat Tuhan
Ada pepatah
mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang
yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam
hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu
dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak
dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas
semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian,
uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia
adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah
melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati
dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan.
Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan
melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya
dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan
dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu” hatinya. Oleh sebab itu,
belajarlah bersyukur atas apapun yang Anda alami dan percayalah bahwa Tuhan
pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda.
7.
Menetapkan tujuan
yang realistik
Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan
yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah
realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan
memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan
menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan
dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak
diinginkan.
Mungkin masih ada
beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jika anda
dapat melakukan beberapa hal serpti yang disarankan di atas, niscaya anada akan
terbebas dari krisis kepercayaan diri. Namun demikian satu hal perlu
diingat baik-baik adalah jangan sampai anda mengalami over confidence
atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan/overdosis. Rasa percaya
diri yang overdosis bukanlah menggambar kondisi kejiwaan yang sehat karena hal
tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Rasa percaya diri
yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada, namun
lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua dan
masyarakat (sosial), hingga tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk
“harus” menjadi orang sukses. Selain itu, persepsi yang keliru pun dapat
menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri
yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa
didapat dari lingkungan di mana individu di besarkan, dari teman-teman (peer
group) atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang tidak sehat). Contohnya,
seorang anak yang sejak lahir ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinya adalah
spesial, istimewa, pandai, pasti akan menjadi orang sukses, dsb – namun dalam
perjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah punya track record of success
yang riil dan original (atas dasar usahanya sendiri). Akibatnya, anak
tersebut tumbuh menjadi seorang manipulator dan dan otoriter – memperalat,
menguasai dan mengendalikan orang lain untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Rasa percaya diri pada individu seperti itu tidaklah didasarkan oleh real
competence, tapi lebih pada faktor-faktor pendukung eksternal, seperti
kekayaan, jabatan, koneksi, relasi, back up power keluarga, nama besar
orangtua, dsb. Jadi, jika semua atribut itu ditanggalkan, maka sang individu
tersebut bukan siapa-siapa. (jp)
sumber : www.e-psikologi.com
Langganan:
Komentar (Atom)


